Pengentalan Darah Penyebab Keguguran

Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya keguguran dan salah satunya adalah terjadinya pengentalan darah pada sang ibu. Kondisi pengentalan darah atau yang sering juga disebut dengan nama sindrom ACA atau Antibodi Anticardiolipin adalah kondisi dimana tingkat kekentalan darah meningkat atau mengental diatas kondisi darah yang normal.

Seperti yang suda diketahui, fungsi darah adalah sebagai alat transportasi yang menyebarkan nutrisi dan juga oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Saat darah mengental, maka fungsi yang satu ini akan terhambat dan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan contohnya saja serangga jantung, migrain, stroke, penyumbatan pada paru-paru dan bahkan menyebabkan keguguran pada ibu hamil.

Pengentalan darah dapat menyebabkan terjadinya keguguran karena darah yang mengental pada ibu hamil akan membuat menggumpalnya atau membekunya darah dan menyebabkan rusaknya jaringan plasenta.

Bila sampai hal ini terjadi maka tidak heran bila resiko keguguran pada ibu hamil menjadi sangat tinggi karena bayi tidak mendapat asupan nutrisi dan oksigen yang mereka butuhkan. Selain menyebabkan keguguran, sindrom ini juga bisa menyebabkan gangguan penyumbatan pembuluh darah serta kekurangan trombosit yang bila tidak ditanggulangi bisa menyebabkan keguguran terjadi berulang-ulang.

Ibu hamil yang kemungkinan menderita sindrom seperti ini adalah mereka yang memiliki riwayat kesehatan seperti:

• Menderita stroke akibat penyumbatan pembuluh darah di bagian otak atau adanya gangguan pada fungsi pembuluh nadi yang tidak diketahui dengan jelas apa yang menjadi penyebabnya.
• Memiliki sindrom ACA berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
• Memiliki gangguan kesehatan seperti kekurangan sel darah putih (leukopenia) dan juga anemia.
• Pernah mengalami preeklampsia atau keracunan kehamilan yang mengakibatkan terjadinya kelahiran prematur sebelum memasuki usia kehamilan 34 minggu.
• Pernah mengalami keguguran secara berulang atau lebih dari 3 kali saat usia kandungan kurang dari 10 bulan tanpa diketahui penyebab yang pasti.

Pemeriksaan secara teratur kondisi kehamilan di dokter kandungan akan sangat membantu dalam mengetahui apakah sang ibu hamil menderita sindrom ACA atau tidak. Pemeriksaan rutin ini perlu dilakukan sejak awal masa kehamilan dimana pada umumnya pemeriksaan dilakukan mulai dari 1 bulan sekali kemudian menjadi 2 minggu sekali dan saat sudah menginjak usia kehamilan 32 minggu maka pemeriksaan perlu dilakukan 1 minggu sekali.

Bila ibu hamil menderita sindrom ACA maka perlu melakukan pemeriksaan laboratorium 1 minggu sekali. Selain itu, ibu hamil juga perlu memeriksakan diri bukan hanya kepada dokter kandungan namun juga kepada dokter spesialis penyakit dalam. Dokter akan memberikan pengobatan yang tepat berdasarkan hasil tes laboratorium yang menunjukkan berapa besar kadar antibodi anticardiolopi dalam tubuh ibu hamil.

Bila kadar ACA semakin tinggi maka resiko keguguran juga akan semakin tinggi. Selain pemberian obat, maka dokter juga akan memberikan suntikan khusus yaitu Fraksiparin atau Heparin yang bertujuan agar kadar ACA yang tinggi tidak akan membuat darah menjadi mengental.

Dengan penanganan yang tepat terhadap sindrom ACA selama masa kehamilan maka akan bisa didapatkan beberapa manfaat yaitu:

• Mencegah terjadinya preeklampsia atau keracunan kehamilan
• Mencegah terjadinya keguguran atau kematian pada bayi intrauterin
• Memperkecil proses kelahiran bayi melalui operasi caesar
• Memperbesar kemungkinan bayi untuk bisa lahir dengan selamat
• Mencegah adanya hambatan pada tumbuh kembang janin dalam kandungan
• Membantu menjaga kesehatan dan juga keselamatan ibu hamil itu sendiri

• Tweet
• Share
• Share
• Share
• Share